Allianz LifeChanger – Saat ini, apabila mendengar istilah Pandemi Covid-19 sudah menjadi hal yang umum karena kondisi seluruh dunia mengalami hal yang sama. Akan tetapi saat ini Covid-19 sudah dinyatakan pula sebagai kondisi Sindemi, apa itu?
Istilah Sindemi sendiri muncul dari dua kata yaitu “Sinergi” dan “Epidemi” yang berarti adalah peyakit yang tidak berdiri sendiri. Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengatakan, istilah sindemi pertama kali dikemukakan oleh Merrill Singer pada pertengahan 1990-an.
” Sindemi adalah kumpulan atau kejadian dari dua atau lebih epidemi secara bersamaan atau berurutan atau bisa juga suatu kejadian kelompok penyakit dalam suatu populasi dengan interaksi biologis, yang memperburuk prognosis dan beban penyakit yang sudah ada,” kata Dicky
Namun, sindemi bukanlah bagian dari gradasi atau perubahan tingkat yang banyak dikenal dalam bidang public health. Ada beberapa tingkatan dalam bidang tersebut yang secara berurutan bisa disebutkan : Wabah lokal atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Wabah nasional atau Bencana Nasional Epidemi Pandemi.
Sindemi sendiri adalah sebuah pendekatan metodologis yang berasal dari kata sinergi dan epidemi. Artinya, ada beberapa epidemi dari suatu negara yang bersinergi menjadi masalah kesehatan.
“Contoh dari pendekatan sindemi ini antara lain obesitas dengan diabetes dan penyakit jantung. Itu jadi sindemi. Karena obesitas itu kan orang overweight, nah orang overweight itu bersinergi menjadi orang yang gampang terkena diabetes,” kata Dicky.
“Sinergitas itu terjadi antara Covid-19 dengan orang obesitas, orang diabetes, orang penyakit jantung, hipertensi, ini membuat kondisi Covid-19 nya semakin buruk,” kata Dicky.
Namun, Dicky mengungkapkan bahwa kondisi Covid-19 di Indonesia saat ini sudah tepat untuk disebut sebagai sindemi. “Kalau Indonesia sudah pas.
Misal sindemi Covid-19 pada anak. Infeksi Covid-19 pada anak di Indonesia memang secara angka belum terlalu kelihatan, karena rendahnya cakupan tes pada anak,” ujar Dicky.
“Tapi kalau dibandingkan dengan negara lain kita salah satu yang paling tinggi.
Nah, kalau kita lihat dari aspek sindemi, angka infeksi Covid-19 pada anak di Indonesia itu tinggi karena cakupan imunisasi bisa jadi pada masa pandemi ini menurun,” imbuhnya.
Cakupan imunisasi itu akan memengaruhi banyak aspek lain, terutama daya tahan tubuh dari anak dan potensi infeksi wabah lain.
Selain itu, Dicky juga menyebut stunting di Indonesia termasuk epidemik.
“Stunting di Indonesia salah satu yang tertinggi di dunia, dan ini berkontribusi pada Covid-19. Jadi kalau melihat sindemi kayak gitu. Selain itu kalau sindemi pada anak juga ada masalh lain, yaitu sanitasi dan hygiene,” kata Dicky.
“Walaupun di kota, tapi kalau di lingkungan kumuh, itu sanitasi dan hygiene-nya jelek. Nah ini berkontribusi pada anak yang tinggal di lingkungan itu untuk cenderung memiliki daya tahan tubuh rendah, gizi buruk, sehingga ketika orang tuanya terinfeksi Covid-19, kemungkinan dia terinfeksi akan lebih mudah. Nah sindemi seperti itu analisisnya,” katanya melanjutkan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Muncul Istilah Sindemi Covid-19, Apa Itu?”
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mengenal Istilah Sindemi, Kondisi yang Menggambarkan Covid-19 Saat Ini, Apa Bedanya dengan Pandemi?,
Editor: Anita K Wardhani
Untuk mendapatkan informasi lengkap seputar asuransi atau ingin mengajukan polis asuransi, pembaca bisa menghubungi agen allianz kami melalui link yang telah disediakan.